Rahim Pengganti

Bab 92 "Kemarahan Bian"



Bab 92 "Kemarahan Bian"

0Bab 92     
0

Kemarahan Bian     

"Jangan ikuti aku lagi, aku ingin sendiri," ucap Siska. Baru beberapa langkah Siska berjalan di depan Elang, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabrak tubuh Siska.     

Wanita itu terpental melihat hal itu membuat, Elang memekik dan segera mendekat ke arah Siska.     

"Sayang … kamu harus bertahan, sayang."     

Siska hanya tersenyum, wanita itu menutup matanya melihat hal itu membuat Elang tidak bisa diam saja, pria itu meminta Siska untuk membuka matanya. Beberapa orang sudah mencoba menghubungi ambulance.     

***     

Semua orang sudah menunggu, di depan ruangan rawat. Elang terlihat sangat terpukul, pria itu masih duduk di kursinya dengan tatapan kosong sedangkan Mama Ratih sudah menangis di sana di dalam pelukan Tante Elsa yang kebetulan sedang bersama Mama Ratih, wanita itu takut terjadi sesuatu dengan anaknya.     

Apalagi darah yang mengalir dari tubuh Siska sangat deras, sudah selama satu jam Siska berada di dalam sana. Bian segera terbang ke Jakarta ketika mendapatkan kabar mengenai kecelakaan yang menimpah adiknya itu.     

Bertepatan dengan Bian sampai di depan ruangan rawat, dokter yang memeriksakan keadaan Siska keluar.     

"Bagaimana keadaan adik saya dokter?" tanya Bian dengan nada khawatir, pria itu sepanjang jalan berdoa supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan untuk sang adik. Perasaan Bian benar benar kacau, ketika mendapatkan kabar mengenai keadaan Siska.     

"Pasien kekurangan banyak darah. Saat ini kami terus berjuang, menyelamatkan pasien, oh ya janin yang ada di dalam kandungan pasien sudah tidak ada lagi. Pasien mengalami keguguran, kami dugaan usianya masih sangat muda sehingga tidak kuat saat mengalami benturan," jelas dokter tersebut. Semua orang di sana terdiam, dan juga terkejut ketika mendengar kata janin. Apa maksud dari semua ini, itulah yang ada di dalam benak Bian.     

"Apa maksud dokter? Janin, adik saya sedang mengandung?" tanya Bian dengan nada tidak percaya.     

"Benar pak. Adik and sedang mengandung dan prediksi kami bahwa kandungannya masih berusia kurang dari dua Minggu, akibat kecelakaan ini menyebabkan janinnya harus gugur, permisi pak. Kami harus memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien," jelas dokter itu.     

Bian mengerang, rahang pria itu sudah mengeras ketika mendengar bahwa adiknya hamil dan saat ini keguguran. Bian menatap ke arah Elang yang terlihat kacau.     

Brak     

Sebuah pukul mengenai pipi Elang, pria itu hanya bisa berdiam diri. Jodi dan Andrian yang ada di sana mencoba memisahkan keduanya.     

"Brengsek. Bajingan lo, kenapa harus adik gue setan. Kenapa gak wanita Lo lainnya, kenapa harus Siska," bentak Bian dengan nada tinggi. Pria itu benar benar tidak menyangka, jika sahabatnya sendiri orang yang sudah dirinya percaya dengan beraninya merusak adiknya.     

Sungguh hal itu benar benar membuat Bian kesal dan marah pria itu mencoba memukul Elang dengan sekuat tenaga tidak peduli dengan orang orang yang sudah menonton mereka.     

Kekuatan Jodi dan Andrian masih sangat kalah, kedua pria itu tidak bisa menghalangi Bian untuk memukul Elang, sedangkan Elang hanya pasrah pria itu sudah tidak tahu harus bersikap seperti apa. Kenyataan yang begitu pahit ini, membuat Elang kehilangan arah.     

"Anjing lo," teriak Bian.     

***     

Jodi sudah mengantar Elang ke apartemennya, pria itu menolak namun, karena kondisi sedang tidak memungkinkan membuat Elang akhirnya mengalah, sepanjang jalan pria itu hanya diam tidak berkata sedikit pun.     

Sesampainya di basement, Elang langsung turun, pria itu terlihat berjalan tanpa arah membuat, siapa saja yang melihat hanya menatap sendu. Jodi segera mengajak temannya itu naik ke kamar apartemennya.     

Tring     

Pintu terbuka, Jodi mendudukan Elang di sofa sedangkan pria itu mengambil air dan kain untuk membantu mengobat luka di wajah Elang.     

Saat elang duduk di sofa, pria itu tidak sengaja menatap sebuah kotak, segera dirinya ambil. Saat dibuka, air mata Elang yang sejak tadi dirinya tahan. Akhirnya tumpah juga, di dalam kotak tersebut berisikan semua testpack dan tulis 'Hello daddy'     

"Gue emang brengsek, gue emang pecundang. Gue bajingan," teriak Elang mendengar teriakan tersebut membuat Jodi segera beranjak dari tempatnya. Pria itu kaget dan menghampiri Elang yang sudah menangis mengeluarkan air matanya.     

Jodi hanya bisa menatap prihatin ke arah Elang. Pria itu tahu, bagaimana perasaan Elang saat ini. Jodi sudah mencoba memperingati sahabatnya itu untuk tidak ceroboh dan berhenti mempermainkan hati keduanya. Namun, Elang selalu menyangkal akan hal itu tapi lihat saat ini. Sesuatu yang sudah sering diingatkan oleh Jodi akhirnya terjadi.     

"Semua udah terjadi, sekarang waktunya lo untuk memperbaikin semuanya, kalau emang lo, cinta sama Siska. Tunjukkan hal itu, tapi lo cuma mau main main, gue pengen lo minta maaf. Sakit yang dirasakan Siska, tidak sebanding dengan sakit yang lo rasakan. Apa lagi nanti, saat dia sadar anak yang ada di dalam kandungannya ternyata tidak selamat."     

"Gue emang brengsek Lang, tapi gue tahu adab dan cara menyelesaikan semua masalah. Jangan sampai karena sikap egois lo, membuat semuanya hancur. Gue pergi, nanti gue pesankan makanan buat lo. Menghadapi masalah juga butuh makanan," ucap Jodi.     

Setelah mengatakan hal itu, Jodi segera pergi dari tempatnya sudah cukup dirinya hari ini menyaksikan semua hal yang terjadi. Jodi kembali ke rumah, sakit karena pria itu tahu bagaimana kondisi Bian saat ini.     

Bukan Jodi tidak peduli dengan Elang, tapi dirinya ingin sahabatnya itu berpikir dengan apa yang sudah terjadi dan menyelesaikan semuanya.     

Di lain tempat Luna sedang membereskan pakaiannya. Wanita itu tidak ingin berada di Indonesia kembali, niatnya ingin kembali menjalin hubungan dengan Elang namun, semua kandas.     

Dirinya sudah tidak ada di dalam hati Elang, dua hari ini Luna lah yang memancing Elang, padahal sejujurnya Elang hanya terpancing akibat desakan dari Luna bukan karena pria itu juga menginginkannya.     

Dan semuanya terbukti dengan kejadian ini, wanita itu melihat dengan jelas bagaimana hancurnya Elang ketika tahu, wanita yang sedang mengandung anaknya itu kecelakaan dan anak mereka harus gugur.     

"Kamu yakin akan kembali?" tanya seorang pria paruh baya.     

"Iya Pi. Luna mau lanjutin bisnis Luna aja di sana," jawabnya.     

"Kenapa bukannya kamu mau kembali mendekati Elang?" tanya Papi Andi. Pria itu tahu, alasan utama akan untuk kembali ke Indonesia meskipun Andi juga tidak setuju akan hal tersebut, karena dirinya sudah memiliki calon yang tepat untuk Luna.     

"Hakikatnya mencintai adalah melepaskan Pi. Dan ini saatnya, aku rasa hubungan ini tidak bisa dipaksakan. Aku ingin bahagia, begitu juga dirinya."     

Mendengar hal itu membuat Andi memeluk erat putrinya yang ternyata sudah dewasa dan sudah bisa mengambil sebuah keputusan.     

###     

Selamat membaca ya. Semoga tetap suka. Yok bisa yok, sehat terus buat kalian semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.